Shalat ‘Idul Adha
Hari raya Idul Adha adalah salah satu syiar dalam agama Islam. Karenanya, sudah sepatutnya seorang muslim menyambutnya dengan kegembiraan dan mengagungkannya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an : “ dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar (agama) Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati “ (QS Al-Haj 32):
Secara khusus kita diperintahkan untuk menjalankan sholat Idul Adha. Allah SWT berfirman : “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.” (QS al-Kautsar 2)
Dari Abu Said berkata, “Rasulullah saw. keluar di hari Idul Fitri dan Idul Adha ke musholla. Yang pertama dilakukan adalah shalat, kemudian menghadap manusia – sedang mereka tetap pada shafnya- Rasul saw berkhutbah memberi nasehat dan menyuruh mereka.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Sebagai sebuah syiar, maka setiap muslim harus berusaha untuk mengikuti sholat Idul Adha dengan sepenuh hati, bergembira dan beramai-ramai dalam menjalankannya. Bahkan dalam hadits juga disebutkan, isyarat untuk mengoptimalkan sholat ied dengan mengumpulkan semua untuk hadir, meski dalam keadaan haid sekalipun. Dari Ummi ‘Athiyah, ia berkata, ”Kami diperintahkan agar wanita yang bersih dan yang sedang haidh keluar pada dua Hari Raya, hadir menyaksikan kebaikan dan khutbah umat Islam dan orang yang berhaidh harus menjauhi musholla.” (Muttafaq ‘alaihi)
Berkurban di hari Tasyriq dan Memperbanyak Takbir
Allah SWT berfirman : “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (QS Al-Baqarah). Dzikir di atas lebih khusus mengarah pada pelafalan Takbir Hari Raya sebagaimana telah kami sebutkan di atas.
Selain setelah pelaksanaan sholat Idul Adha, sepanjang tiga hari tasyriq juga masih disunnahkan untuk berkurban. Rasulullah saw. bersabda, “Seluruh hari Tasyriq adalah hari penyembelihan (kurban).” (HR Ahmad). Ini adalah bentuk keluasan dan keluwesan syariat Islam agar kebahagiaan dan semangat berbagi di hari raya ini semakin teroptimalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar