Minggu, 14 Agustus 2011

Peluang dan Tantangan Lulusan SMK


Seperti diketahui Kemendiknas tengah berupaya menyeimbangkan perbandingan jumlah siswa SMK dan SMA sehingga pada 2015 akan mencapai 30 persen SMA dan 70 persen SMK. Untuk meningkatkan kualitas, Kemendiknas akan bekerjasama dengan pihak industri dan swasta agar dapat menghasilkan lulusan siap pakai, cerdas dan inovatif.  
Langkah mendesak dengan sosialisasi sejak dini bagi peserta didik yang masih duduk di SMP, bahwa menjadi siswa SMK tak perlu merasa martabat dan gengsinya turun.
Anggapan sebagian masyarakat yang memberi stigma bahwa masuk SMK seolah menjadi warga kelas dua, harus dikikis. Bahkan peserta didik sejak di SMP harus sering mendapat informasi tentang relevansi dunia kerja dengan pendidikan kejuruan. Membangun karakter bangsa agar peserta didik memiliki jiwa wirausaha yang ulet dan etos kerja tinggi harus ditumbuhkan sejak dini dalam rangka menciptakan jiwa wiraswastawan.

Untuk menciptakan kondisi ideal seperti harapan Mendiknas, sudah saatnya pemerintah membangun sistem pendidikan berbasis job oriented dalam menghadapi persaingan global. Sangat tepat bila para stakeholder mulai memikirkan mendirikan sejumlah Balai Latihan Kerja (BLK) di tiap kabupaten/kota agar memfasilitasi lulusan SMK yang memang masih kurang skillnya. Selama ini pendirian BLK belum merata di Tanah Air dan hanya fokus di kota-kota besar.
Indonesia bisa belajar dari Malaysia yang dapat mengelola tenaga kerjanya dengan magang di BLK untuk menyiapkan tenaga kerja siap pakai. Dengan demikian bila pemerintah konsisten menyiapkan calon tenaga kerja yang terampil dan terdidik, pendirian BLK di kabupaten/kota merupakan kebutuhan mendesak. Penguasaan keterampilan memberi harapan besar bagi lulusan SMK untuk memperluas peluang kerja dan kesempatan berusaha melalui berbagai bidang keahlian.
Di tengah permasalahan ekonomi yang melilit bangsa dan sektor industri yang belum menunjukkan tanda-tanda akan bangkit, berimplikasi sulitnya pemenuhan lapangan kerja. Dari fenomena tersebut mendorong para lulusan SMK untuk meraih peluang kerja secara ketat dengan menjadi TKI. Skill mereka ternyata masih sangat dibutuhkan di sektor formal maupun informal di luar negeri. Siapa bisa memprediksi banyak TKI di luar negeri telah dibekali skill cukup?
Berdasar kondisi tersebut, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan sejak 2000 menjalankan program praktik industri (prakerin) ke luar negeri. Hasil yang diperoleh dari praktik industri di perusahaan di luar negeri pada beberapa tahun terakhir mulai menunjukkan hasil positif. Banyak siswa SMK memeroleh pengalaman berharga, sehingga setelah lulus ada perusahaan yang menampung mereka. Prakerin menjadi sarana efektif bagi peserta didik mempraktikkan ilmu dan keterampilan sesuai kompetensi yang dimilikinya. Tentu,a untuk mengirim siswa prakerin ke luar negeri harus dibarengi penyiapan dan pembenahan etos kerja siswa, kualitas proses pembelajaran. Bahkan kemampuan berbahasa Inggris dan asing lainnya perlu lebih diintensifkan.
Sementara pertumbuhan industri dalam negeri sudah tak lagi signifikan dengan jumlah lulusan SMK setiap tahunnya. Pertumbuhan industri bergerak mengikuti deret hitung sedang lulusan SMK yang siap memasuki dunia kerja bergerak mengikuti deret ukur. Dengan demikian prakerin ke luar negeri harus terus diberdayakan. Melalui program ini secara perlahan akan terjadi perubahan citra pengiriman TKI yang selama ini terjadi. Pengiriman TKI dari SMK dengan keterampilan andal dapat mengubah kelas TKI dari kelas kuli menjadi tenaga ahli.
Bahkan orientasi sejumlah PJTKI dewasa ini menunjukkan tren merekrut calon tenaga kerja siap pakai dengan skill dapat diandalkan. Mereka tak perlu repot memberikan semacam diklat terhadap calon tenaga kerja yang akan dikirim ke luar negeri. Tak kalah pentingnya program prakerin harus terus didukung penuh pemerintah daerah maupun stakeholder, sehingga calon tenaga kerja di masa mendatang dengan kualifikasi ijasah SMK akan menjadi sosok pahlawan devisa yang memiliki harkat dan martabat hidup yang layak. Semoga.

Tidak ada komentar: